Sebagai pilihan tempat tinggal, bangunan dalam bentuk horizontal seperti rumah bukan satu-satunya pilihan. Kini, bangunan vertikal seperti apartemen
telah banyak dilirik untuk tempat tinggal. Ada keuntungan dan kerugian
tersendiri untuk tinggal di apartemen dibandingkan tinggal di rumah.
Selain itu, memilih apartemen yang tepat juga sangat penting agar tidak
menderita kerugian dan menyesal di kemudian hari. Apa saja plus minus
tinggal di apartemen? Lalu bagaimana cara memilih apartemen yang tepat
Keuntungan Tinggal di Apartemen
Di
kota-kota besar, banyak pengembang properti yang marak membangun
apartemen. Hal ini karena minat untuk tinggal dalam bangunan tempat
tinggal vertikal di daerah perkotaan cukup besar. Penyebabnya antara
lain terbatasnya lahan untuk mendirikan pemukiman horizontal atau rumah
di daerah perkotaan serta harga tanah yang sudah mahal. Sedangkan
apartemen yang dibangun secara vertikal memerlukan lahan yang lebih
sedikit sehingga harganya lebih terjangkau.
Kemacetan yang umum
terjadi di kota-kota besar dapat menyebabkan kelelahan saat harus pergi
atau pulang dari kantor. Apartemen biasanya dibangun di lokasi-lokasi
strategis, yang dekat dengan pusat bisnis atau perkantoran. Maka, dengan
tinggal di apartemen yang dekat dengan tempat bekerja akan mampu
mengurangi kelelahan dan stres di jalan. Anda juga dapat tiba di tempat
tinggal lebih cepat sehingga waktu istirahat lebih banyak.
Kehidupan
masyarakat perkotaan yang sibuk dan cepat membuat pilihan untuk tinggal
di apartemen dianggap lebih praktis. Unit apartemen biasanya tidak
terlalu besar, sehingga waktu dan energi yang diperlukan untuk
membersihkan ruangan tidak terlalu banyak. Mereka juga tidak direpotkan
untuk mengurus taman, sarana pembuangan, air, atau sirkulasi udara
karena sudah ada pengelola yang bertanggung jawab akan hal itu.
Tingkat
keamanan juga lebih baik karena adanya penjagaan 24 jam dan CCTV yang
memantau, sehingga penghuni dapat lebih tenang ketika harus meninggalkan
unitnya. Ini merupakan hal yang penting karena sebagian besar
masyarakat perkotaan yang bekerja akan lebih banyak menghabiskan
waktunya di luar, baik untuk bekerja, makan atau rekreasi.
Fasilitas yang tersedia di apartemen juga menjadi daya tarik tersendiri. Sarana kebugaran seperti fitness center, kolam renang, jogging track,
taman bermain, minimarket, restoran, cafe, dan fasilitas lainnya akan
membuat penghuni apartemen tidak perlu pergi terlalu jauh untuk memenuhi
kebutuhannya.
Sebagai pilihan tempat tinggal, bangunan dalam bentuk horizontal seperti rumah bukan satu-satunya pilihan. Kini, bangunan vertikal seperti apartemen telah banyak dilirik untuk tempat tinggal. Ada keuntungan dan kerugian tersendiri untuk tinggal di apartemen dibandingkan tinggal di rumah. Selain itu, memilih apartemen yang tepat juga sangat penting agar tidak menderita kerugian dan menyesal di kemudian hari. Apa saja plus minus tinggal di apartemen? Lalu bagaimana cara memilih apartemen yang tepat?
Keuntungan Tinggal di Apartemen
Di
kota-kota besar, banyak pengembang properti yang marak membangun
apartemen. Hal ini karena minat untuk tinggal dalam bangunan tempat
tinggal vertikal di daerah perkotaan cukup besar. Penyebabnya antara
lain terbatasnya lahan untuk mendirikan pemukiman horizontal atau rumah
di daerah perkotaan serta harga tanah yang sudah mahal. Sedangkan
apartemen yang dibangun secara vertikal memerlukan lahan yang lebih
sedikit sehingga harganya lebih terjangkau.
Kemacetan yang umum
terjadi di kota-kota besar dapat menyebabkan kelelahan saat harus pergi
atau pulang dari kantor. Apartemen biasanya dibangun di lokasi-lokasi
strategis, yang dekat dengan pusat bisnis atau perkantoran. Maka, dengan
tinggal di apartemen yang dekat dengan tempat bekerja akan mampu
mengurangi kelelahan dan stres di jalan. Anda juga dapat tiba di tempat
tinggal lebih cepat sehingga waktu istirahat lebih banyak.
Kehidupan
masyarakat perkotaan yang sibuk dan cepat membuat pilihan untuk tinggal
di apartemen dianggap lebih praktis. Unit apartemen biasanya tidak
terlalu besar, sehingga waktu dan energi yang diperlukan untuk
membersihkan ruangan tidak terlalu banyak. Mereka juga tidak direpotkan
untuk mengurus taman, sarana pembuangan, air, atau sirkulasi udara
karena sudah ada pengelola yang bertanggung jawab akan hal itu.
Tingkat
keamanan juga lebih baik karena adanya penjagaan 24 jam dan CCTV yang
memantau, sehingga penghuni dapat lebih tenang ketika harus meninggalkan
unitnya. Ini merupakan hal yang penting karena sebagian besar
masyarakat perkotaan yang bekerja akan lebih banyak menghabiskan
waktunya di luar, baik untuk bekerja, makan atau rekreasi.
Fasilitas yang tersedia di apartemen juga menjadi daya tarik tersendiri. Sarana kebugaran seperti fitness center, kolam renang, jogging track,
taman bermain, minimarket, restoran, cafe, dan fasilitas lainnya akan
membuat penghuni apartemen tidak perlu pergi terlalu jauh untuk memenuhi
kebutuhannya.
Hal lain yang patut kita telaah adalah permintaan (demand) tinggi, terutama di area CBD (central business district), kawasan pemukiman ekspatriat, dan lingkungan kampus. Kawasan pemukiman ekspatriat di Jakarta misalnya kawasan Kemang.
jangka waktu sewa menengah (2-3 tahun). Apartemen atau
kondominium biasanya disewa untuk mendekatkan penyewa dengan lokasi
kegiatannya, terutama lokasi kantor. Dengan demikian, jangka waktu
sewanya rata-rata sekitar dua atau tiga tahun.
Selain itu risiko kekosongan rendah. Artinya, jika lokasi tersebut sudah
nyaman sebagai tempat tinggal, biasanya penyewa akan terus menempati
apartemen tersebut. Di lain pihak, calon penyewa pun berdatangan mencari
unit-unit yang kosong untuk disewa. Salah satu faktor rendahnya risiko
kekosongan apartemen adalah mulai terbiasanya masyarakat kita dengan
budaya tinggal di hunian vertikal.
Dan yang lain adalah capital rate tinggi (7%-10%). Dengan risiko kekosongan unit yang rendah, maka income yang datang dari sewa unit pun otomatis menjadi lancar. Hal ini tentu saja membuat Cap Rate tinggi, di atas Cap Rate rumah sewa atau ruko dan rukan.
Kerugian Tinggal di Apartemen
Selain kelebihan dari apartemen, ada pula kekurangan tinggal di apartemen yang perlu diketahui. Misalnya biaya perawatan (maintenance fee) atau service charge
yang harus dibayar setiap bulan. Biaya ini untuk membayar penggunaan
listrik di tempat umum, lift, kebersihan tempat umum, biaya petugas
keamanan, kebersihan, dan lainnya. Biaya ini biasanya dihitung tiap
meter persegi dari luas unit apartemen yang dimiliki.
Tinggal
di apartemen tidak sebebas tinggal di rumah, karena ada peraturan dari
pengelola yang harus dipatuhi. Misalnya larangan membawa binatang peliharaan. Bagi Anda yang menyukai tanaman,
Anda tidak dapat bebas menanam banyak tanaman karena tidak adanya
lahan. Anda juga harus bertimbang rasa ketika akan mendengarkan musik
atau kegiatan lainnya agar tidak mengganggu penghuni lainnya. Luas
apartemen yang tidak terlalu besar mungkin tidak disukai bagi yang telah
terbiasa tinggal di rumah dengan ukuran luas.
Tingkat
sosialisasi penghuni apartemen sangat sedikit. Jarangnya bertemu dengan
penghuni yang bersebelahan dan ruangan yang tertutup memperkecil
hubungan sosialisai antar tetangga. Ditambah dengan tingkat kesibukan
yang tinggi dari masing-masing penghuni, membuat keakraban dan sikap
tolong menolong dalam hunian ini berkurang.
Nilai investasi
apartemen untuk jangka panjang lebih rendah dibandingkan dengan membeli
sebuah rumah. Apabila sebuah unit apartemen dijual setelah jangka waktu
yang cukup lama, harga jualnya akan lebih rendah dibandingkan harga
jual sebuah rumah. Karena semakin sedikitnya lahan untuk pemukiman
sehingga harga tanah akan lebih mahal.
Pemilik harus jeli memilih lokasi apartemen atau kondominium
yang prospektif. Belakangan, banyak pengembang yang membangun apartemen
jauh dari pusat kota atau pusat keramaian. Kawasan seperti ini umumnya
tidak layak dijadikan lokasi apartemen, dan tentu saja tidak prospektif
sebagai investasi.
Kedua, pemilik harus memilih manajemen gedung (building management) yang baik. Banyak apartemen di kawasan prospektif CBD yang sepi penyewa karena dikelola manajemen gedung yang kurang baik.
Manajemen gedung yang baik selalu memerhatikan faktor kenyamanan
penghuni. Mereka juga memerhatikan perbaikan fasilitas umum, seperti
kolam renang, lift, dan lain-lain.
Ramainya pembangungan apartemen tidak terlepas dari potensi
permintaan masyarakat karena bergesernya gaya hidup masyarakat perkotaan
yang ingin hidup lebih praktis dan jenuh dengan kemacetan lalu lintas
yang kian hari kian parah.Tinggal di apartemen bisa dengan cara membeli
atau menyewa apartemen. Beberapa informasi yang perlu diketahui mengenai
seluk beluk apartemen seperti dibawah ini.
Kelas apartemen :
1. Rumah susun.
2. Apartemen Subsidi.
3. Apartemen.
4. Kondominium.
Furniture :
1. Unfurnished.
2. Semi furnished.
3. Full furnished.
Harga apartemen (jika membeli) dapat dikelompokkan :
1. Low End (harga sekitar Rp. 5 juta sd 6 juta / m2).
2. Middle-low (harga sekitar Rp. 6 juta sd 10 juta / m2).
3. Middle-up (harga sekitar Rp. 10 juta sd 20 juta / m2).
4. Luxury (harga diatas Rp 20 juta / m2).
Harga sewa apartemen
Harga sewa apartemen sangat tergantung dari kelas apartemen, lokasi,
luas, fasilitas dan furnitur yang tersedia. Di Jakarta, harga sewa
apartemen bisa bervariasi, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Studio (tanpa sekat), harga berkisar 2,5 juta sd 6 juta per bulan.
2. Satu kamar, harga berkisar 5 juta sd 10 juta per bulan.
3. Dua kamar, harga berkisar 8 juta sd 15 juta per bulan.
4. Tiga kamar, harga berkisar 12 juta sd 30 juta per bulan.
5. Harga sewa apartemen besar dan luxury berkisar 45 juta sd 80 juta per bulan.
Melihat harga beli maupun harga sewa apartemen, wajar saja jika
seseorang yang tinggal di apartemen di Jakarta bisa dianggap “orang
berpunya”, mengingat selain harga beli atau biaya sewa yang lumayan
besar, belum lagi biaya-biaya lainnya.
Yang menjadi pertanyaan adalah, sudah sepadankah biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh ?
Untung rugi tinggal di apartemen akan saya sharing dalam tulisan ini.
Pertama-tama, saya mulai dengan “Kerugian” yang umum terjadi yaitu :
1. Jika membeli apartemen, nilai investasi jangka panjang lebih rendah dibanding jika membeli rumah
2. Jika menyewa apartemen, biaya sewa lebih tinggi dibanding sewa rumah biasa.
3. Mahalnya biaya perawatan, biaya listrik dan air.
4. Barang kebutuhan dasar rumah tangga seperti air mineral dan gas
yang dijual di apartemen lebih mahal dibanding dengan diluar apartemen.
Bisa saja membeli dari luar, tapi agak kurang praktis, karena barang
tersebut tergolong berat jika diangkat sendiri.
5. Biaya baru yang timbul seperti biaya laundry karena kondisi ruang yang terbatas untuk menjemur pakaian.
6. Tingkat sosialisasi sesama penghuni apartemen sangat sedikit, sehingga kemandirian menjadi wajib.
7. Jika ada surat yang datang, kiriman paket atau berlangganan koran,
semua barang tersebut akan di masukkan di mailbox oleh petugas
apartemen. Berbeda dengan di rumah biasa, barang kiriman bisa langsung
kita terima. Di apartemen, kita sendiri yang harus mengambil di mailbox
atau di resepsionist.
8. Karena gedung bertingkat tinggi, saya sering mengalami gangguan
sinyal telpon genggam. Bisa dibayangkan, jika sedang asyik berkomunikasi
lalu tiba-tiba putus. Biasanya untuk mengantisipasi putusnya
pembicaraan, saya rela bicara di telpon sambil berdiri di teras unit
apartemen saya yang lumayan kena panas jika siang hari.
9. Lemahnya sinyal internet. Untuk memperkuat sinyal internet,
terpaksa kita harus keluarkan uang extra untuk beli alat penguat sinyal
atau berlangganan internet yang menggunakan kabel.
10. Jika punya mobil, harus bayar parkir berlangganan. Jangan
berharap kita selalu bisa parkir di tempat yang sesuai harapan kita
seperti di dekat lift karena hukum siapa cepat, dia dapat, sangat
berlaku di tempat parkir apartemen.
11. Jika punya mobil dan sering digunakan keluar, resiko terhadap
penyusutan mesin mobil lebih tinggi karena setiap hari mobil harus
nanjak ke tempat parkir di lantai 7 atau lantai 10 misalnya. Saya juga
merasakan ketidaknyamanan jika pulang agak malam dan harus menyetir
mobil dengan menyusuri lantai demi lantai jalanan menanjak dan sepi di
lantai parkir apartemen.
12. Resiko cepatnya penyusutan sepatu juga sangat mungkin terjadi
karena jarak tempuh dari unit ke lobby atau tempat parkir lebih jauh
dibanding jika kita tinggal di rumah biasa yang garasinya sangat dekat.
13. Resiko tertular penyakit. Di apartemen hidup sangat tergantung
dengan lift. Jika ada orang yang sakit menular dan bersama orang lainnya
di lift, sangat mungkin menular kepada yang lain. Mobilisasi sampah
juga melalui lift (lift barang) tapi mungkin saja lift barang digunakan
oleh penumpang. Hidup di apartemen membutuhkan fisik yang kuat, paling
tidak, kuat dari resiko tertular penyakit.
14. Resiko mati listrik. Ketergantungan listrik di apartemen lebih
tinggi dari dirumah biasa. Contoh jika listrik mati, apartemen akan
sangat panas tanpa AC. Beda dengan rumah biasa yang cenderung punya
ventilasi atau lubang angin diatas jendela rumah.
15. Resiko lift mati. Saya pernah mengalami saat listrik mendadak
mati dan saya sedang berada dalam lift bersama beberapa orang lainnya.
16. Resiko gempa dan kebakaran. Ini kekhawatiran yang paling besar
jika tinggal di apartemen. Tapi pasrahkan saja hidup ini pada Sang
Pencipta Yang Maha Mengatur.
17. Hidup harus berbagi. Sebenarnya ini bukan suatu kerugian
melainkan suatu nilai kehidupan. Tinggal di apartemen, identik dengan
hidup harus berbagi. Berbagi sarana umum.
Selain Kerugian yang sudah saya beberkan diatas, berikut “Keuntungan” yang saya rasakan selama tinggal di apartemen :
1. Semakin dekat dengan lokasi kantor maupun tempat usaha serta
tempat lain yang biasa dikunjungi sehubungan dengan pekerjaan atau
kegiatan rutin lainnya.
2. Karena jarak semakin dekat, sehingga fisik tidak terkuras atau
kelelahan karena menyetir kendaraan. Pikiran dan perasaan juga tidak
lagi stres dan tersiksa karena kemacetan parah maupun jarak tempuh yang
jauh. Bahkan bisa jalan kaki menuju tempat kerja. Otomatis fisik jadi
lebih sehat dan bugar (keuntungan kualitatif yang bisa menyebabkan
keuntungan kuantitatif seperti hemat biaya vitamin, biaya obat-obatan
jika sakit dan biaya pijat karena kelelahan).
3. Karena jarak yang dekat, sehingga hemat biaya transportasi seperti
: hemat BBM, tidak perlu bayar tol, tidak perlu bayar parkir jika jalan
kaki. (Keuntungan kuantitatif).
4. Karena jarak yang dekat, sehingga waktu tempuh juga semakin
pendek. Otomatis waktu bisa digunakan untuk hal lain yang bermanfaat
seperti membaca, mengerjakan pekerjaan rumah atau melakukan kegiatan
bisnis bahkan mengerjakan kegiatan sehubungan dengan hobi seperti
melukis, menulis artikel, dll. Waktu yang ada bisa juga digunakan untuk
istirahat. Bagi orang yang memiliki anak, waktu yang ada bisa digunakan
untuk bermain dengan anak atau membantu anak belajar. (Keuntungan
kuantitatif & kualitatif).
5. Karena kehidupan serba praktis dan ruangan yang terbatas,
menyebabkan lebih mudah untuk membersihkan apartemen, sehingga tidak
perlu membayar pembantu. Semua pekerjaan rumah bisa dikerjakan sendiri.
Bukan hanya keuntungan karena hilangnya biaya pembantu tapi juga
pembentukan mental untuk lebih bertanggung jawab pada kehidupan pribadi.
(Keuntungan kuantitatif & kualitatif).
6. Ada pengelola apartemen yang menangani segala urusan seperti
perawatan gedung dan pemeliharaan fasilitas, penanganan sampah, dll.
7. Keamanan dan privasi sangat terjamin karena penjagaan 24 jam dan di lengkapi dengan CCTV.
8. Berbagai fasilitas di apartemen seperti kolam renang, fitness
center, jogging track, taman bermain, sekolah pre school, tempat kursus
bagi anak sekolah, minimarket yang buka 24 jam dan melayani delivery,
restoran, café dan mall serta berbagai bank yang dilengkapi dengan ATM.
Semua fasilitas yang tersedia sangat memudahkan penghuni apartemen dalam
melakukan aktifitas.
9. Karena fasilitas olah raga yang lengkap, penghuni apartemen
cenderung jadi lebih rajin olahraga. Pengaruhnya tentu sangat baik bagi
kesehatan.
10. Mental berhemat. Karena biaya listrik dan air serta maintenance
yang mahal, menyebabkan saya harus berhemat dalam menggunakan listrik
dan air. Serta menjaga peralatan seperti saluran pembuangan air, kran,
toilet dan fasilitas yang ada di unit agar tidak rusak. Mengingat jika
rusak, maka biaya perbaikannya lumayan mahal. Mental berhemat dan
merawat ini adalah keuntungan yang tak ternilai. Ini merubah perilaku.
11. Mall yang terletak dibawah apartemen sangat lengkap dan
menawarkan aneka peluang usaha. Dulu sebelum saya jadi Perencana
Keuangan, saya adalah shopaholic alias gila belanja, sangat mudah
tergiur untuk membeli barang-barang yang saya sukai. Tapi sekarang tidak
lagi, saya tidak mudah tergoda dengan tawaran barang-barang di mall.
Justru sebaliknya, jika saya ke mall, saya selalu berfikir “apa yang
bisa saya jual disini, bukan apa yang ingin saya beli disini”. Peluang
ini sangat berharga. Betapa tidak, saya mungkin bisa menjual
barang-barang yang ada di mall dengan cara online, hanya bermodalkan
kerjasama dengan pemilik toko, dimana setiap hari saya bisa kunjungi
dengan mudah karena lokasi mall sama dengan lokasi apartemen. Modal lain
yaitu kamera, saya foto barang-barang yang saya anggap bisa dijual,
kemudian saya promosikan di internet. Jadi reseller, bukankah itu suatu
peluang penghasilan ?
Belum lagi peluang usaha lainnya. Apalagi jasa bank dan jasa pengiriman barang lengkap tersedia di mall.
12. Peluang memiliki kenalan baru (networking). Bayangkan, kita bisa
bertemu berbagai orang di lift atau di kolam renang atau ruang publik
lainnya. Hal ini bisa menjadi peluang usaha.
13. Peluang lainnya seperti peluang ketemu jodoh. Kenapa tidak?
Dari uraian saya diatas, sangat detail untung rugi jika tinggal di
apartemen. Banyak potensi keuntungan dan banyak potensi kerugian.
Tinggal bagaimana kita mengoptimalkan potensi keuntungan dan
meminimalkan potensi kerugian, sehingga hidup kita menjadi lebih
berkualitas.
0 comments:
Post a Comment